Rabu, 01 Agustus 2018

ISLAM DI TIONGKOK TERANCAM PUNAH


Ini tentang Ma Changqing, seorang Imam Besar dari Tiongkok meninggal pada 16 Juli 2018 lalu.
Tepatnya imam Masjid Dongguan, di kota Xining, ibu kota propinsi Qinhai. Usianya 83 tahun.
Ribuan orang mengantarkan jenazahnya ke peristirahatan terakhir.

Yang menarik tersebut adalah tentang kuburan. Selain muslim, seluruh jenazah di Tiongkok
harus dibakar. Abunya lalu disimpan di rumah abu, untuk diziarahi setiap Jingbing. Kalau mau.
Tapi khusus orang Islam, jenazah boleh dimakamkan.


Yang lebih menggelitik adalah upaya pemerintah dalam membumihanguskan Islam di Tiongkok.
Kedua, nama masjid di sana semuanya  menggunakan nama jalan. Seperti masjid Dongguan tempat
Bisa jadi, Ma Changqing dan takmir masjid lain di Tiongkok menjadi pengurus partai komunis hanya
Beruntunglah kita, yang hidup di Indonesia. Merdeka sebenar-benarnya. Sebagai muslim, mau


Pertama, arsitektur masjid dilarang menggunakan kubah, yang mereka sebut bentuknya mirip bawang

itu. Pemerintah menekankan agar pembangunan masjid mengangkat budaya lokal.
Sekarang banyak masjid di sana yang bentuknya mirip dengan masjid Klenteng di Surabaya.
Tanpa kubah.

Ma Changqing menjadi Imam Masjid adalah karena masjidnya terletak di jalan Dongguan.

Jauh beda dengan Indonesia yang selalu menamai masjid dengan Bahasa Arab.

Ketiga, selain menjadi Imam Masjid, Ma Changqing adalah juga anggota DPR mewakili kelompok
minoritas. Ia juga wakil ketua DPRD Propinsi Qinhai. Selain itu, ia juga seorang pengurus partai
komunis. Para takmir masjid di Tiongkok umumnya adalah juga pengurus partai komunis. Bayangkan
jika Tiongkok adalah Indonesia. Imam Masjid tapi komunis? How come?

demi menjaga agar Islam tetap dapat bertahan hidup di Tiongkok. Bisa jadi, jika mereka tidak mau

menjadi pengurus partai komunis, maka mereka sebagai kaum minoritas akan dimusnahkan. Tidak
mendapatkan tempat. Dianggap hanya mengganggu pemerintah.

Bisa jadi, Ma Changqing menjadi pengurus partai komunis adalah sebagai tindakan penyelamatan,
demi menyambung hidup. Ibaratnya, ia sedang di gurun, tidak ada makanan, hanya ada bangkai.
Bangkai yang hukumnya haram itu dalam kondisi darurat bisa menjadi halal: untuk menyelamatkan
diri, demi menyambung hidup.

Keempat, anak laki-laki dilarang belajar agama di masjid. Pemerintah mengontrol secara berkala ke
masjid-masjid ketika libur musim panas dan musim dingin. Biasanya anak-anak mengisi liburannya
dengan belajar Al-Qur’an di masjid. Pemerintah meyakinkan kepada orang tua, bahwa anaknya harus
fokus pada partai dan ideologi komunis. Jangan belajar agama. Khawatir nanti menjadi ekstrimis.

Bahkan, di sekolah, guru mendoktrin murid-muridnya untuk fokus mengejar karir. Mencari uang.
Berorientasi duniawi. Jangan belajar Islam. Jangan menjadi imam masjid.

Para imam masjid ketakutan. Peraturan pemerintah ini mengancam eksistensi Islam di negerinya.
Jika hal ini terus berlangsung, maka satu atau dua generasi ke depan, Islam dan tradisinya akan punah
dari Tiongkok.

membangun masjid dengan arsitektur plek sama persis seperti yang di Arab, tidak ada  yang melarang.

Jika meninggal mau dikuburkan di kuburan mana saja, tinggal pilih. Mau belajar agama di masjid
kapan saja, monggo.


Sayang sekali jika nikmat kebebasan berekspresi yang diberikan Allah ini disia-siakan.
Sayang sekali jika muslim Indonesia ga hebat. [nu]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar