Jumat, 14 Desember 2018

Andalas memang Andalan




Lagi. Sendiri dalam keramaian. Menikmati gesitnya mini bus yang sering disebut elf ini.
Elf Bandung-Ciamis yang warnanya hijau metalik ini melaju kencang. Lincah.


Dalam mengemudi, Mang Supir memiliki dua fokus: kecepatan dan ketepatan.
Relasi antara Mang Supir dan Mang Kenek terletak pada dua kunci: kerja sama dan percaya diri.


Empat poin itu menentukan keselamatan seluruh penumpang, yang tak pernah sepi itu.


Saya memutuskan untuk naik elf Andalas dengan alasan kecepatan.
Kencangnya Mang Supir dalam mengemudikan elf ini sudah tidak diragukan lagi.
Namun diperlukan strategi untuk jitu untuk dapat melajukan elf dengan kecepatan tinggi.
Diperlukan ketepatan perhitungan dalam menyalip atau mendahului kendaraan lain.
Salah perhitungan sedikit saja, nyawa taruhannya.


Strategi jitu ini didapat dengan adanya kerja sama antara Mang Supir dan Mang Kenek.
Kerjasama dilakukan demi pengambilan keputusan yang tepat.
Kapan harus berhenti. Kapan harus tarik gas lagi.
Mang Supir juga harus bisa memprediksi. Kapan ia harus mendahului.
Dalam pengambilan keputusan tersebut tentu saja diperlukan kepercayaan diri.
Saat mau mendahului dan ragu-ragu, bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya.


Satu hal yang menarik. Elf ini tak pernah sepi. Selalu penuh.
Penumpangnya dari berbagai kalangan. Pedagang. Guru. Mahasiswa.
Ibu-ibu dengan balitanya. Bapak-bapak yang mau pulang kampung setelah merantau ke kota.


Barang bawaan ditaruh di atap. Bagasi ada di atap.
Mulai dari sayuran, beras, barang-barang hasil kulakan dari kota yang akan dijual di daerah
masing-masing. Elf yang saya naiki ini menaikkan dua ikat besar sapu ijuk di pertigaan Pamoyanan.
Mungkin sekitar 50 biji per ikatnya.


Tarif? Murmer. Malangbong-Tasik hanya 10 ribu rupiah.
Tetapi, terkadang tarif ini tergantung mood Mang Kenek.
Ke Bandung dari Ciamis ada yang bilang pernah ditarik 35 ribu, ada yang 30 ribu.
Tidak ada tarif pasti. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan uang pas untuk membayarnya.
Jika uang gede, biasanya kembaliannya suka bikin nyesek.


Jok depan ajaib. Bisa muat 4 orang. Seorang supir dan tiga penumpang.
Jok belakang bisa muat 18 orang. Yang berdiri 4 orang. Jadi total 26 orang.
Didedetkeun. Tapi anehnya  selalu saja penuh penumpang.
Sepertinya loyalitas penumpang sangat tinggi.
Mau saja didedetkeun.


Hebatnya, Mang Kenek sepanjang jalan Bandung-Ciamis berdiri terus.
Biasanya dia dengan setelan lengkap.
Celana panjang. Sepatu kets. Jaket. Dan penutup kepala.
Entah itu topi atau kupluk atau bandana.


Hebat juga penumpangnya.
Diajak bergoyang dalam mobil, meliuk-liuk di tikungan dan tanjakan,
menyalip kendaraan lain dengan jarak selamat hanya sekian senti dalam sepersekian detik,
tapi penumpang tetap saja dapat tidur. Ada yang pulas malah.


Penumpang telah yakin.
Mang Supir yang dianggap super pro,
dipercaya akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan dengan selamat,
bagaimanapun gaya nyupirnya.
Andalas memang andalan. [nu]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar